Setiap Muslim mendambakan untuk menjadi tamu Allah Duyufurrahman yang diundang ke tanah suci, Makkah dan Madinah. Undangan ini bukan sekadar perjalanan wisata religi, melainkan panggilan Ilahi yang penuh rahasia. Bukan setiap orang bisa datang meskipun ia memiliki harta, kesehatan, atau kesempatan. Karena sejatinya, perjalanan ke Haramain adalah karunia pilihan Allah. Allah SWT berfirman:
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus; mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.”
(QS. Al-Hajj: 27)
Ayat ini menegaskan bahwa perjalanan menuju Baitullah adalah panggilan Allah, dan yang datang adalah mereka yang hatinya dijawab oleh-Nya.
Haramain: Dua Tanah Suci Penuh Cahaya
Tanah suci Haramain memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Makkah al-Mukarramah adalah tempat Ka’bah berdiri, kiblat seluruh umat Islam. Sedangkan Madinah al-Munawwarah adalah kota Rasulullah ﷺ, tempat beliau hijrah, menyebarkan Islam, dan bersemayam hingga hari kiamat.
Makkah adalah pusat tauhid, tempat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail meninggikan pondasi Ka’bah. Setiap orang yang memasuki Masjidil Haram merasakan getaran spiritual yang menundukkan ego.
Madinah adalah pusat kasih sayang, tempat Rasulullah ﷺ menebarkan akhlak mulia. Hati siapa pun yang menziarahi Raudhah dan makam Nabi akan luluh dalam rindu dan cinta.
Kedua kota suci ini adalah madrasah agung, tempat Allah mendidik hamba-hamba-Nya agar pulang dengan hati yang suci, jiwa yang berserah, dan hidup yang penuh makna.
Menjadi Tamu Allah: Anugerah dan Amanah
Ketika seseorang menapakkan kakinya di tanah suci, maka ia sejatinya telah masuk ke dalam jamuan Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Orang-orang yang berhaji dan berumrah adalah tamu-tamu Allah. Jika mereka berdoa, Allah akan mengabulkan doa mereka; dan jika mereka memohon ampun, Allah akan mengampuni mereka.”
(HR. Ibnu Majah)
Hadis ini menunjukkan bahwa menjadi tamu Allah adalah anugerah yang mahal nilainya. Namun, sekaligus amanah besar. Karena tidak semua tamu akan pulang membawa kemuliaan. Ada yang pulang dengan hati yang lebih keras, dan ada yang pulang dengan hati yang tercerahkan.
Apa yang Harus Dibawa Pulang?
Perjalanan ke tanah suci bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban ibadah haji atau umrah. Lebih dari itu, ia adalah transformasi hidup.
1. Kesadaran Tauhid
Di depan Ka’bah, manusia sadar betapa kecilnya dirinya. Semua status sosial, jabatan, dan kekayaan ditanggalkan. Yang tersisa hanyalah “hamba” yang berdiri di hadapan Tuhannya.
2. Latihan Kesabaran
Ibadah haji dan umrah menuntut kesabaran luar biasa. Panas terik, antrean panjang, dan kerumunan manusia adalah ujian nyata. Dari sini, jamaah dilatih untuk menata hati, menahan emosi, dan mengasah jiwa sabar.
3. Cinta Rasulullah ﷺ
Di Madinah, setiap langkah menuju Masjid Nabawi adalah ungkapan cinta kepada manusia agung, Rasulullah ﷺ. Ziarah ke makam beliau bukanlah bentuk penyembahan, melainkan penghormatan dan kerinduan mendalam.
4. Komitmen Perubahan
Yang paling penting dari perjalanan ke tanah suci adalah membawa pulang komitmen untuk berubah. Bukan hanya sementara, melainkan perubahan permanen menuju ketaatan dan ketakwaan.
Mencerahkan Umat: Dari Tamu Menjadi Cahaya
Orang yang pulang dari tanah suci diharapkan menjadi penerang bagi lingkungannya. Ia bagaikan lampu yang menyala, membagikan cahayanya kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Namun tanda haji mabrur bukan hanya pada gelar, melainkan pada akhlak dan amal setelah pulang. Ia menjadi lebih sabar, lebih tawadhu, lebih gemar beribadah, dan lebih peduli kepada sesama.
Maka, kepada setiap jiwa yang menapakkan kaki di tanah suci Haramain, sambutan yang layak adalah:
“Selamat datang wahai tamu Allah! Ahlan wa sahlan wa marhaban bikum. Semoga setiap langkahmu menjadi cahaya, setiap doamu diijabah, dan setiap tetesan airmatamu menjadi saksi di hari perjumpaan dengan-Nya.”
Semoga artikel ini mengingatkan kita bahwa perjalanan ke tanah suci bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan ruhani menuju Allah. Dan semoga Allah menjadikan kita semua termasuk yang diundang ke dalam jamuan agung-Nya.
Dr Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
Untuk informasi lebih lengkap mengenai Paket umroh Chatour Travel, calon jamaah dapat mengunjungi:
Website: https://chatourtravel.id/
Agen terdekat dari Lokasi Anda
Hotline Resmi: 0822-2433-2700
Chatour Travel Promo Umroh 2025 Umroh murah resmi Umroh Tabungan Virtual Haromain Chatour Pusaka MIlad Chatour Travel ke-17 Tabungan Umroh Umroh Keluarga Bahagia Rekomendasi Travel Umroh & haji Gresik Travel umroh terpercaya Travel umroh Terbaik Jawa Timur keberangkatan umroh Bandara Juanda jamaAh umroh Chatour Travel biro umroh resmi terpercaya